Minggu, 10 Juni 2012

Pustakawan


Dewasa ini, permintaan akan tenaga pustakawan begitu besar. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari perkembangan perpustakaan sekolah yang cukup menggembirakan. Setiap sekolah yang memiliki perpustakaan kemudian berlomba untuk mendapatkan pustakawan sekolah. Bahkan saat ini bisa dikatakan bahwa setiap satu perpustakaan sekolah telah memiliki minimal satu orang pustakawan sekolah.

Meski demikian, optimalisasi keberadaan pustakawan sekolah masih sangat minim. Hal ini bisa dilihat pada kondisi dan keadaan para pustakawan sekolah yang masih dianggap sebagai tenaga administratif sekolah. Bahkan di lingkungan Sekolah Dasar, pustakawannya masih nyambi juga menjadi tenaga Tata Usaha. Dan hebatnya tunjangan kesejahteraan yang mereka dapat tidak lebih besar dari beban kerja yang diembannya.
Tidak hanya di lingkungan Sekolah Dasar, di tingkat SMA pun pustakawannya masih tidak dimaksimalkan potensinya. Pustakawan yang ada masih dianggap tidak lebih dari penjaga buku-buku di perpustakaan. Bayangkan saja ketika pustakawan harus repot-repot mengatur siswa atau pengunjung yang datang karena tidak mematuhi peraturan perpustakaan. waktu yang ada hanya habis sia-sia untuk beradu argumen dengan pengunjung. Sementara tugas utamanya sebagai manajer informasi terbengkalai. Anehnya pula di beberapa Sekolah Menengah Atas pustakawannya tidak jarang pula nyambi menjadi tenaga konsumsi untuk kegiatan ujian, pengatur tata letak meja dan kursi ujian, bahkan tidak jarang pula menjadi tenaga absensi saat lembur jam tambahan.

Inilah yang harus dibenahi oleh manajemen sekolah. Tentunya lewat kepala sekolahnya, yang harus mengetahui betul tugas dan peran pustakawan di lingkungan sekolah. Permasalahan pustakawan “nyambi” bukan pada suka atau tidak suka dengan kegiatan yang dilakoninya, akan tetapi pada tidak nyambungnya (mismatch) dengan kompetensi jika pustakawan malah mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan program kerjanya. Pustakawan lembur jangan dijadikan sebagai pengolah nilai, tenaga konsumsi, pengatur tata letak meja kursi, atau bahkan sebagai petugas piket dan absensi. Tetapi pustakawan seharusnya lembur karena mengerjakan tugas-tugas yang berkaiatan dengan profesinya. Seperti lembur untuk memperpanjang jam buka perpustakaan, lembur untuk mengerjakan tugas-tugas teknis dan administratif perpustakaan yang tidak bisa dilakukan pada saat jam sekolah, lembur untuk kegiatan inventarisasi dan atau entry data untuk koleksi dan atau lembur untuk meningkatkan layanan kepada siswa atau guru. Dengan demikian self skill pustakawan bisa digunakan sesuai dengan perannya diperpustakaan sekolah. Pihak sekolah harus lebih tanggap dengan keadaan tersebut. Bagaimana sebenarnya tugas dan peran pustakawan di sekolah yang tidak banyak diketahui oleh unsur sekolah.

Pertama memang pihak sekolah harus mengetahui tentang pustakawan sekolah. Sebelum melakukan perekrutan, seharusnya sekolah lewat kepala sekolah atau para petinggi sekolah, memahami peran penting pustakawan. Pustakawan sekolah bukanlah seorang guru, namun sebenarnya fungsinya tidak jauh beda dengan guru. Pustakawan sekolah mengajarkan siswa dan bahkan juga guru untuk memanfaatkan semua fasilitas dan koleksi perpustakaan. di mulai dari browsing informasi sampai kepada pemanfaatannya.

Dalam kegiatan belajar mengajar siswa, pustakawan bisa menjadi partner kolaborasi yang efektif bagi guru. Pustakawan dan guru bisa bekerja sama mencari format KBM dengan menggunakan media perpustakaan. Keduanya bisa merumuskan model kurikulum belajar yang relevan dengan minat dan bakat siswa. Dengan hal ini bisa menjadi alternatif pengganti model KBM dikelas yang monoton dan membosankan.

Salah satu contoh yang mudah dari kolaborasi ini adalah pada saat KBM di perpustakaan. Kegiatan ini bukan hanya sekedar menghadirkan siswa untuk memenuhi ruangan perpustakaan atau buku kunjung tetapi memanfaatkan apa yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar. Sehingga dalam hal ini pustakawanlah yang berwenang untuk menjelaskan bagaimana cara meanfaatkan segala potensi perpustakaan untuk kegiatan belajar mengejar mereka. Guru bisa memberikan materi untuk memanfaatkan sumber perpustakaan sebagai jawaban atas soal-aoal atau materi yang diajukan, sementara pustakawan bisa menjelaskan apa yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang diajukan guru dan bagaimana cara menemukan jawaban tersebut.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBJSq6kpvfKbb_ZpaBM7ZMJC0FwMycBPn-khmZEmc_hx9tI1RExiXTAAhcUqASVtNklo_vlSz0KRktUb69mvfCooR86BTUbUdaQc4A2vm84agZgyfy9_hLTjRzqDAyWzs93uM17asR5vY/s320/diperpust.jpg

Pustakawan sekolah bekerja bersama guru guna pencapaian hal berikut: Pertama, mengembangkan, melatih dan mengevaluasi pembelajaran murid lintas kurikulum. Kedua, mengembangkan dan mengevaluasi keterampilan dan pengetahuan informasi murid. Ketiga, Mengembangkan rancangan pelajaran. Keempat, mempersiapkan dan melaksanakan pekerjaan proyek khusus di lingkungan pembelajaran yang lebih luas, termasuk di perpustakaan. Kelima, mempersiapkan dan melaksanakan program membaca dan kegiatan budaya. Keenam, mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam kurikulum.Menjelaskan kepada para orang tua murid mengenai pentingnya perpustakaan sekolah (disadur dari
Radar Banten.com) http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=15040

Itu hanyalah salah satu wujud kolaborasi pustakawan dengan guru dalam KBM. Dan masih banyak hal-hal lain sebagai bentuk kolaborasi pustakawan dan guru untuk mewujudkan variasi KBM di sekolah. Pustakawan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan penyediaan informasi serta keahlian dalam menggunakan berbagai sumber, baik tercetak maupun elektronik. Pengetahuan, keterampilan dan keahlian pustakawan sekolah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekolah (http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=15040) sehingga dengan ketrampilan tersebut pustakawan bisa berkolaborasi dengan senior manajemen sekolah maupun dengan tenaga administrator lainnya.

Hal yang kedua yang patut dipahami oleh sekolah bahwa pustakawan sekolah itu berbeda dengan tenaga administrasi lain seperti Tata Usaha. Dalam jenjang jabatan kepegawaian, pustakawan adalah seorang tenaga fungsional. Sehingga kenaikan jabatan dan kesejahteraannya ditentukan oleh seberapa besar preastasi kerjanya, yang diukur dengan kredit point fungsional tersendiri dan bukan dari promosi.

Namun pada kenyataan di lapangan, pustakawan sekolah masih dimasukkan dalam struktur kepegawaian Tata Usaha Sekolah, sehingga karirnya tidak lebih “hanya” menjadi tenaga administrasi belaka. Padahal di era informasi seperti ini pustakawan dituntut untuk lebih aktif dan terbuka terhadap segala perubahan informasi. Sepuluh tahun tahun yang lalu mungkin tugas-tugas teknis (administratif) masih menjadi tugas utama (main job) pustakawan (masih berkutat pada klasifikasi dan katalogisasi). Namun di era ini pustakawan harus bisa berubah menjadi manajer informasi (information broker), yaitu bagaimana pustakawan sekolah bisa mengemas informasi menjadi menarik dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekolah sesuai dengan kebutuhannya. Meletakkan pustakawan sekolah pada posisinya adalah keputusan bijak pihak sekolah sekaligus sebagai apresiasi bagi peran dan fungsi pustakawan sekolah. Pustakawan sekolah adalah tenaga fungsional yang berbeda dengan tenaga administrasi lainnya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ6Nr3eTNxxplFoDg4FyV83vHHQ5Aqnahqw5iWA-Klxa1g3z67VLuGPjh3jcX8G_KRyder8PE9HpygDXXpfDj9KuEFW5dzSO-ZxH2vFAPe5a868hG_KsA6N6CVDeoNFjLlM6gOg4QDa6M/s320/hihi.jpg


Sudah saatnya pihak sekolah meletakkan pustakawan pada fungsi dan peran yang sesungguhnya. Memposisikan pustakawan sekolah pada jabatan ketata usahaan adalah sebuah kesalahan manajerial kepala sekolah dari ketidak tahuan akan tenaga pustakawan sekolah. Menyudutkannya dalam kegiatan administratif an sich adalah sebuah tindakan yang menghambat karir dari pustakawan sekolah. Peran yang sesungguhnya bagi pustakawan adalah memberikan sumbangan pada misi dan tujuan sekolah termasuk prosedur evaluasi dan mengembangkan serta melaksanakan misi dan tujuan perpustakaan sekolah. Dalam kerjasama dengan senior manajemen sekolah, administrator dan guru, maka pustakawan ikut dalam pengembangan rencana dan implementasi kurikulum. Sangatlah penting serta diupayakan agar pustakawan diterima setara dengan anggota tenaga profesional dan dapat berpartisipasi dalam kelompok kerja dan ikut serta dalam semua pertemuan dalam kedudukannya sebagai kepala unit atau bagian perpustakaan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigYijgrUEq66gj3uRoqA8eEo8juWwoltgcukYooesTftTFrz0WwR7yN18p6c5qVIASynCFgpUPNf0SGrMXHu5zbB_HiBMQRhhlYGtbm1rJ9gSEVz5rrvNbRxfYZew8FsoUgDNYjElxNjQ/s320/heboh.jpg

Jika pihak sekolah serius untuk membenahi perpustakaan demi mendukung tercapainya visi dan misi sekolah, maka urgensi kebutuhan pustakawan harus linier dengan penempatan peran dan posisi yang sesuai dengan kompetensinya. Dengan keputusan yang tepat yakinlah bahwa pustakawan sekolah bisa menjadi salah satu aset sekolah dalam kegiatan KBM. Dan suatu saat nanti kemajuan suatu sekolah akan ditentukan juga oleh perkembangan perpustakaan dan peran pustakawan sekolahnya.(**)
Diposkan oleh pak dhe
Label: pustakawan
enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan Perpustakaan adalah suatu tempat yang disediakan untuk menyimpan dan memelihara koleksi buku, majalah dan bahan perpustakaan lain untuk dibaca, dipelajari, dan dibicarakan. Perpustakaan sebagai lembaga penyedia ilmu pengetahuan dan informasi mempunyai peranan yang signifikan terhadap lembaga induk serta masyarakat penggunanya. Demikian halnya di dalam lingkungan pendidikan seperti sekolah. Keberadaan perpestakaan sekolah di suatu sekolah adalah sangat penting. Ibarat tubuh manusia, perpustakaan adalah organ jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh. Bahkan karena sangat pentingnya, pemerintah bahkan telah mencanangkan bulan September sebagai bulan gemar membaca dan hari kunjung perpustakaan.
Perpustakaan sekolah harus dapat memainkan perannya, khususnya dalam
membantu siswa untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan dasar keberhasilan fungsional dalam masyarakat masa kini yang berbasis pengetahuan dan informasi. Untuk tujuan tersebut, perpustakaan sekolah perlu merealisasikan misi dan kebijakannya dalam memajukan masyarakat sekolah dengan mempersiapkan tenaga pustakawan yang memadai, koleksi yang berkualitas serta serangkaian aktifitas layanan yang mendukung suasana pembelajaran yang menarik. Dengan memaksimalkan perannya, diharapkan perpustakaan sekolah bisa  mencetak siswa untuk senantiasa terbiasa dengan aktifitas membaca, memahami pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya bermutu. Sehingga pada akhirnya prestasi pun relatif mudah untuk diraih, untuk membentuk generasi cerdas berkualitas.
A. Dukungan Terhadap Misi Perpustakaan
Dalam membantu siswa untuk menghasilkan karya yang bermutu, perpustakaan tidak bisa bekerja sendiri. Dukungan Sekolah, terutama melalui kebijakan pimpinan (kepala sekolah) akan memperlancar tugas/kebijakan yang akan dijalankan oleh pengelola perpustakaan sekolah. Tugas perpustakaan dalam memajukan masyarakat sekolah melalui ilmu pengetahuan dan informasi harus diwujudkan secara efektif dan efisien. Masyarakat sekolah yang menjadi sasaran perpustakaan, mulai dari pihak manajemen sekolah, guru, siswa, pihak orang tua, dan segenap warga sekolah yang lain harus menjadi pintar dengan adanya perpustakaan sekolah.
Khususnya siswa, yang menjadi obyek dari pada pembelajaran dan pengajaran, harus dikenalkan betapa pentingnya manfaat dari perpustakaan sekolah. Masyarakat sekolah yang sadar dengan kehadiran perpustakaan akan mewujudkan masyarakat yang gemar membaca/reading society. Begitu ironis ketika kita mengamati hasil dari sebuah penelitian yang menunjukkan dari 50 sekolah yang diteliti, ternyata 8 sekolah diantaranya tidak mempunyai perpustakaan. Bagaimana siswa dapat menghasilkan karya dan mengukir prestasi jika di sekolahnya tidak tersedia perpustakaan.
Memang, proses belajar siswa tidak hanya dilakukan di sekolah. Istilah long life education harus tertanam betul dan diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari. Terutama menanamkan akhlak/nilai-nilai yang baik pada siswa. Perpustakaan dapat mengajarkannya tentang rasa tanggungjawab dalam meminjam dan menjaga koleksi dari kerusakan/hilang, membiasakan aktifitas membaca dalam mengisi jam istirahat, serta kebiasaan baik lain yang tercermin dalam tata tertib maupun peraturan perpustakaan. Pihak sekolah berkewajiban mem-backup peraturan yang dikeluarkan oleh perpustakaan. Diharapkan dengan penanaman akhlak/nilai-nilai yang baik ini, siswa dapat lebih bertanggungjawab dalam kehidupan sosialnya, menjadi taat pada orang tua dan bapak ibu guru, serta menjadi warga masyarakat yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Kegemaran membaca yang sudah terbudaya di kalangan siswa, harus diimbangi perpustakaan sekolah dengan menyediakan koleksi yang bermutu dan bervariasi. Bukankah untuk menyediakan koleksi tersebut dibutuhkan anggaran dari pihak sekolah yang tidak sedikit. Bukankah idealnya 5 % anggaran sekolah diserahkan untuk pengembangan perpustakaan.
Setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah/digariskan dalam kurikulum harus di backup dengan baik oleh perpustakaan. Siswa yang menerima pelajaran di kelas, harus terus dimotivasi untuk terus belajar mengembangkan ilmunya melalui proses membaca di perpustakaan. Misalnya dengan memberi tugas membaca di perpustakaan, menceritakan kembali serta membuat laporan. Hasilnya siswa diharapkan bisa menguasai sekaligus mengembangkan mata pelajaran yang diterimanya di kelas.
Pihak manajemen sekolah perlu mendukung kebijakan untuk cinta kepada perpustakaan sekolah. Misalnya saja memberi hadiah kepada siswa yang sering membaca di perpustakaan, serta menghimbau kepada guru untuk memotivasi siswa dalam melengkapi informasi dan pengetahuannya demi menunjang proses pendidikan serta daya serap terhadap mata pelajaran. Siswa yang sudah mempunyai motivasi tinggi untuk belajar, tinggal menunggu waktu saja agar dapat berkarya dan berprestasi.
B. Peran  Pustakawan Dalam Layanan
Untuk mencapai tujuannya, perpustakaan sekolah perlu dikelola oleh pustakawan dengan tanggungjawab dan dedikasi yang tinggi terhadap layanan. Pustakawan sekolah harus mempunyai jiwa sabar, serta dituntut untuk memahami apa arti pendidikan sesungguhnya. Pustakawan sekolah juga harus bersifat proaktif dan suka menolong. Siswa yang kurang paham bagaimana cara mengakses sebuah koleksi, misalnya saja cara menelusur buku  tertentu, maka  Pustakawan sekolah harus telaten dalam mengajarkan penelusurannya.
Selain membantu siswa dalam mengakses koleksi, pustakawan sekolah harus menyediakan informasi plus dan memberi solusi atas kesulitan siswa dalam belajar. Informasi tambahan yang dibutuhkan siswa, baik itu ilmu pengetahuan dan teknologi baru, atau pun informasi lain seperti lomba karya ilmiah remaja. Informasi yang up to date serta teknologi baru akan menarik siswa untuk berduyun-duyun memanfaatkan perpustakaan sebagi pusat sumber informasi dan ilmu pengetahuan. Dengan informasi dan teknologi terbaru itulah, siswa bisa lebih bisa berkiprah dalam meraih prestasi.
Tidak hanya menyediakan informasi paling up to date saja, pustakawan juga harus menyiapkan ruang belajar, ruang diskusi, serta ruang untuk penelitian. Dengan adanya diskusi atau pun penelitian yang dilakukan siswa, berarti ada sinkronisasi antara kegiatan belajar di kelas dengan kegiatan nyata di lingkungan masyarakat sekitar. Atau siswa bisa mengembangkan bakat dan minatnya di perpustakaan itu.
Demi ketertiban dan kenyamanan belajar di perpustakaan, pustakawan sekolah harus pandai-pandai membuat jadual tentang pemakaian ruang diskusi, ruang penelitian, sehingga tidak terjadi benturan antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Jadual tersebut dapat diberitahukan kepada guru kelas atau pun guru bidang studi yang bersangkutan. Dengan pengaturan jadual yang tertib, siswa dapat diajarkan bagaimana mengatur waktu belajarnya dengan baik. Demikain pula saat siswa berada di rumah, kebiasaan untuk bisa mengatur waktu belajar, akan membantu siswa, baik dalam penguasaan pelajaran maupun dalam mengembangkan ilmunya di masyarakat.
Seorang Pustakawan harus pula mengetahui dan sekaligus memahami teori pendidikan dan kaidah pembelajaran. Inovasi dalam memberikan layanan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan harus terus dikembangkan. Komunikasi positif, baik di kalangan anak-anak (siswa sekolah dasar) maupun remaja (siswa sekolah menengah) harus terus dibangun. Pustakawan sekolah harus ‘dekat’ dengan masyarakat penggunanya, khususnya siswa. Bagaimana pustakawan sekolah bisa dipercaya sebagai tempat ‘curhat’, baik dalam kesulitan belajar atau pun dalam menambah informasi tentang sumber pengetahuan yang belum diajarkan di kelas. Diharapkan segala permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar selama di kelas atau di luar kelas, bisa ditemukan jawabannya.
Pustakawan sekolah merupakan jaminan tercapainya tujuan pendidikan. Karena lewat bimbingannya, masyarakat sekolah, khususnya siswa akan melek informasi, menjadi terbiasa dengan aktifitas membaca, dapat menghasilkan karya yang baik, serta memudahkan siswa dalam berkreasi, meraih prestasi, sehingga terbentuk generasi cerdas berkualitas  baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
C. Mutu dan Variasi Koleksi Perpustakaan
Idealnya, setiap perpustakaan sekolah mampu menyediakan minimal 2.500 judul buku. Judul sebesar itu tidak termasuk koleksi lama yang telah dipunyai, akan tetapi koleksi up to date yang sangat dibutuhkan masyarakat sekolah. Memang terasa cukup berat. Dengan anggaran yang terbatas, perpustakaan sekolah harus menyediakan koleksi up to date yang sedemikian besar jumlahnya.
Untuk tujuan baik, kita semua harus berusaha semaksimal mungkin. Memang kalau ditanggung sendiri oleh perpustakaan akan terasa berat dan imposible. Bukankah banyak alternatif cara pengadaan koleksi untuk mencapai jumlah ideal di atas. Sebagai Contoh,  Sekolah A dengan keterbatasan dana hanya mampu membeli 1.000 judul buku yang up to date. 1.500 judul yang belum terpenuhi bisa disiasati dengan bekerjasama dengan perpustakaan daerah. Kemudian koleksi tersebut setelah jangka waktu tertentu ditukar kembali. Sehingga siswa merasa koleksi yang dibaca di perpustakaan selalu ada yang baru, bacaan mereka terus berganti-ganti. Dengan cara itu, jumlah koleksi perpustakaan bisa melampaui target minimal 2.500 judul buku, walau tidak harus dipunyai sendiri. Dengan bacaan up to date yang terus berganti, siswa menjadi kaya akan wawasan, ilmu pengetahuan, informasi, tidak gaptek serta menjadi siswa pintar yang mempunyai segudang prestasi.
Untuk menambah koleksi yang bermutu dan variatif, perpustakaan sekolah juga bisa menempuh langkah sebagai berikut. Setiap siswa yang lulus sekolah, diwajibkan untuk menyumbangkan 1 buku untuk dijadikan koleksi perpustakaan. Akan tetapi langkah ini perlu disosialisasikan kepada seluruh siswa, guru, manajemen sekolah, bahkan wali siswa, agar tidak terjadi salah pengertian di kemudian hari. Dengan koleksi yang bermutu dan variatif, diharapkan akan menumbuhkan kegemaran membaca serta dapat meningkatkan kemampuan berbahasa siswa.
Koleksi yang memadai merupakan jaminan tercapainya tujuan pendidikan, khususnya di sekolah. Formasi untuk koleksi di perpustakaan sekolah seyogyanya berisi 60 % mewakili buku non fiksi penunjang kurikulum, sedangkan 40 % berupa novel, majalah, CD, game, video, dan sebagainya. Sesekali perpustakaan sekolah, harus mencoba untuk mengadakan penelitian ‘kecil-kecilan’ untuk lebih meningkatkan layanan kepada masyarakat sekolah. Misalnya saja bekerjasama dengan guru dalam menyebarkan angket kepada siswa, mengenai jenis-jenis bacaan yang disukai siswa. Hasil dari angket tersebut bisa menjadi masukan perpustakaan sekolah khususnya, maupun pihak manajemen dan guru.
Selain buku, minat membaca siswa perlu difasilitasi misalnya dengan membuat majalah dinding untuk science, atau pun karya sastra yang lainnya. Siswa bisa menggunting informasi yang bermanfaat dari koran/majalah di rumah, untuk dibawa ke perpustakaan sekolah. Kemudian untuk setiap hasil guntingan tersebut dikelompokkan menurut topiknya, untuk kemudian ditempel dan dipajang sebagai hasil karya dari siswa. Dalam kurun waktu tertentu, majalah dinding di perpustakaan sekolah ini harus terus di-update. Hal ini akan memotivasi siswa, selain untuk gemar membaca, juga gemar berkarya. Lewat karya di dinding ini pula, akan terjadi penyebaran informasi yang bermanfaat bagi siswa-siswa lain yang membaca. Sehingga makin banyak siswa yang pandai, cerdas dan semakin mudah pula mereka untuk berprestasi.
Agar tidak gaptek serta tidak ketinggalan informasi, koleksi perpustakaan juga perlu ditambah dengan akses internet, bisa berupa jurnal pendidikan atau pun informasi terkini lainnya. Pendidikan penelusuran informasi/browsing di internet harus diajarkan sejak pertama kali siswa masuk di sekolah, karena akan besar manfaatnya untuk membantu proses pendidikan yang berlangsung. Setelah itu perlu dilakukan pembinaan terprogram dan monitoring terhadap aktifitas siswa dalam ber-internet. Hanya informasi yang benar-benar bermanfaat saja yang bisa dijadikan sumber ilmu pengetahuan dan pelajaran siswa dalam kelas. Dengan internet, waktu pencarian terhadap sebuah informasi relatif lebih cepat. Dan informasi dari internet akan lebih up to date . Siswa juga dapat mengembangkan pelajarannya dengan dibantu sumber dari internet. Dengan internet siswa akan menjadi pelajar yang plus, prestasi pun sudah menanti di depan.
D. Peran Perpustakaan Sebagai Mitra Siswa Dalam Belajar
Sebagai mitra siswa dalam belajar, perpustakaan sekolah dapat merencanakan user education agar siswa memahami maksud dan tujuan layanan yang diberikan. Pustakawan sekolah harus kreatif dalam mengemas layanan panduan siswa ini. Di sini siswa perlu dikenalkan bagian-bagian yang ada di perpustakaan sekolah. Seperti bagian peminjaman, penjajaran/shelving di rak koleksi, dan sebagainya. Di samping itu, perlu juga diajarkan fungsi dari masing-masing koleksi yang ada di perpustakaan. Dengan memahami maksud beberapa informasi yang ada di perpustakaan, siswa tidak akan salah jalan ketika akan mencari informasi dan ilmu pengetahuan sebagai pelengkap/tambahan dari mata pelajaran yang diterima di kelas.
Di kelas, pelajaran yang mereka terima tentu dapat dikembangkan dengan menggunakan acuan/sumber informasi di perpustakaan. Siswa bisa memperdalam ilmunya secara lebih detail. Proses penyerapan dan penalaran pelajaran merupakan awal dari proses yang harus dilalui siswa untuk menghasilkan karya yang bermutu. Siswa yang sering memanfaatkan perpustakaan sekolah, akan terbiasa dengan koleksi yang ada. Karena kelengkapan sumber informasi sangat menentukan dalam membuat karya yang bermutu, maka semakin banyak sumber informasi yang dipakai, makin baik pula suatu karya dapat dihasilkan.  Siswa juga harus terus untuk dilatih berdiskusi. Misalnya saja berdiskusi tentang  terjadinya gelombang pasang air laut yang disebabkan oleh gerhana bulan. Bertempat di ruang diskusi perpustakaan sekolah, dipandu oleh guru dan pustakawan sekolah, siswa dilatih untuk mengungkapkan ide-ide ilmiahnya, mempertahankan pendapatnya, serta mencari solusi/kesimpulan dari suatu permasalahan yang terjadi. Untuk bisa mendapatkan ide ilmiah, siswa terlebih dahulu harus terbiasa dengan membaca maupun browsing di internet, sehingga wawasan keilmuan siswa akan lebih luas dan terfokus. Siswa yang kaya akan berbagai ide ilmiah, tidak akan kesulitan dalam berkarya dan berprestasi.
Menjajal penelitian terhadap masalah yang terjadi di sekitar, dihubungkan dengan dengan mata pelajarannya, sangat mungkin dikerjakan oleh siswa. Dengan dibantu guru pembimbing penelitan dan pustakawan sekolah, siswa akan lebih bersemangat dan termotivasi dalam penelitian. Perpustakaan sekolah harus menyediakan semua informasi yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung, termasuk dalam pembuatan laporan penelitian.
Selain memberikan layanan terfokus pada siswa, perpustakaan sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan layanannya, bekerjasama dengan pihak-pihak terkait, antara lain orang tua siswa, sekolah sejenis yang lebih baik, serta dengan perpustakaan umum/daerah.
Orang tua siswa merupakan mitra belajar siswa di rumah. Dalam program membaca sebagai aktifitas siswa di rumah, perpustakaan sekolah dapat memotivasi orang tua agar menjadi teladan bagi putra-putrinya. Selain itu, peran oarang tua juga bisa menjadi penyedia anggaran untuk pembelian buku, memberi hadiah ulang tahun dengan buku cerita/science terbitan terbaru, membudayakan membaca surat kabar/majalah di rumah, serta mengajak anak-anak ke perpustakaan umum/daerah saat setiap libur akhir pekan. Budaya membaca dan belajar yang dikembangkan orang tua akan mendarah daging pada anak, sehingga secara otomatis, otak mereka selalu terasah dengan ilmu dan pengetahuan. Siswa tidak akan mengalami kesulitan lagi dalam penyerapan dan penalaran pelajaran jika otak mereka selalu terasah dan terbiasa dengan ilmu pengetahuan. Bukankah siswa yang cerdas berkualitas akan selalu mengasah pola fikirnya dengan ilmu pengetahuan?
Untuk menjadi lebih baik, perpustakaan sekolah harus terus berbenah. Studi banding dengan sekolah yang sejenis, tetapi sudah terlebih dulu memiliki prestasi, harus terus dilakukan. Mereka bisa berbagi tentang cara belajar, cara menambah ilmu pengetahuan di luar kelas, cara memanfaatkan perpustakaan beserta koleksinya, dan sebagainya. Tujuannya agar rahasia sekolah unggulan dapat diterapkan, dan siswa yang belum berprestasi dapat berbagi pengalaman dengan siswa sekolah ungulan yang telah berprestasi.
Dengan perpustakaan umum/daerah, perpustakaan sekolah juga bisa  bekerjasama dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan layanannya kepada siswa, khususnya bagi siswa kelompok usia anak dan remaja. Kerjasama dapat dilakukan misalnya dengan melakukan study visit ke perpustakaan umum/daerah untuk mengetahui koleksi apa saja yang sesuai untuk siswa pada usia anak-anak atau remaja, serta layanan apa saja yang telah dihadirkan di sana. Sehingga sepulang dari perpustakaan umum/daerah, siswa akan memiliki wawasan tentang semua hal yang berkait dengan perpustakaan dan jasa layanannya. Sedangkan bagi perpustakaan sekolah, bisa berbenah ke dalam. Siswa yang senang dan sering memanfaatkan perpustakaan sebagai penyedia jasa informasi dan ilmu pengetahuan, akan terbantu dalam mewujudkan prestasi dan cita-citanya.

Penutup
Perpustakaan sebagai jantung suatu lembaga pendidikan memiliki kekuatan dan kemampuan yang langsung mempengaruhi hasil pendidikan serta menentukan masa depan pendidikan itu sendiri. Misi perpustakaan sekolah perlu didukung kepala sekolah dengan menyediakan fasilitas dan anggaran sebesar 5 %, mem-backup tata tertib, serta memotivasi siswa untuk cinta terhadap perpustakaan. Untuk mengelola perpustakaan sekolah dengan baik, dibutuhkan pustakawan dengan dedikasi yang tinggi terhadap layanan, dekat dengan pengguna perpustakaan, proaktif, serta memahami tentang teori pendidikan dan kaidah pembelajaran. Sinergi yang baik antara siswa dan pustakawannya, akan berbuah prestasi bagi siswa serta kinerja yang baik bagi pustakawan.
Kekuatan perpustakaan juga terletak pada mutu dan variasi koleksinya. Idealnya, perpustakaan sekolah harus menyediakan 2.500 judul buku yang uptodate, yang terdiri dari 60 % buku non fiksi penunjang kurikulum dan 40 % koleksi berupa novel, majalah, CD, game, video, dan sebagainya . Atau bisa juga menggunakan rasio setiap siswa akan mendapatkan jatah 10 judul buku. Selain buku, koleksi perpustakaan juga perlu dilengkapi dengan kliping atau pun download dari internet. Perpustakaan sekolah dengan berbagai aktifitas layanannya harus menjadi mitra siswa dalam belajar.  Dengan bacaan uptodate yang terus berganti, siswa menjadi kaya akan wawasan, ilmu pengetahuan, informasi, tidak gaptek serta menjadi siswa pintar yang mempunyai segudang prestasi. Sehingga generasi cerdas berkualitas yang diharapkan akan muncul dari sini.
DAFTAR PUSTAKA

1 komentar: