egaDy
egaDy.bloksport.com
Jumat, 01 Februari 2013
Selasa, 08 Januari 2013
gambar lapangan futsal
lapangan futsal saaangat fariasi ukuran2nya menyesuakan luas bangunan
pendapat 3 wali kelas guru olah raga
pendapat 3 wali kelas guru olah raga
Selasa, 16 Oktober 2012
KELURGA BAHAGIA DENGAN 3 ANAK
CARA-CARA MENUJU KELURGA BAHAGIA
1. Kondom
Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi KB untuk Bapak, untuk mencegah kehamilan jangka pendek. Kondom dapat dipergunakan tanpa harus melalui konsultasi lebih dahulu secara khusus dan kontinyu pada Dokter/Bidan.
Cara memakainya pun sangat mudah. Dapat Bapak lakukan sendiri atau dibantu istri. Kondom sangat praktis, karena hanya perlu dipakai pada saat hendak berhubungan saja, berbeda dengan cara-cara KB jangka panjang. Bila suatu saat Bapak ingin mempunyai anak lagi, dapat segera Bapak lakukan dengan tidak lagi memakai kondom ketika berhubungan.
Kondom nyaman dipakai karena terbuat dan bahan karet yang sangat tipis dan lentur. Sehingga rasanya seperti tidak memakai kondom saja.
Selain itu, kondom aman dan efektif serta tidak menimbulkan akibat sampingan, bila Bapak mempergunakannya sesuai dengan petunjuk.
Mungkin Bapak pemah mendengar cerita mengenai kondom bocor atau pecah ketika sedang dipakai. Hal mi umumnya terjadi karena kondom dipakai dengan cara yang salah atau telah kadaluarsa. Karena itu hendaknya Bapak memahami benarbenar cara memakai kondom dan pilihlah kondom yang benar-benar dalam kondisi baik.
2. Obat Vagina
Ada beberapa bentuk Obat Vagina. Ada yang bentuk cream, tablet busa, bentuk jelly dan bentuk tissue. Ibu dapat menggunakan bentuk yang mana saja, paling sesuai untuk Ibu. Bentuk manapun yang Ibu pakai, Obat Vagina sangat aman dan efekfif mencegah kehamilan jangka pendek. Selain itu Obat Vagina juga sangat praktis, karena hanya perlu dipakai pada saat Ibu hendak berhubungan saja. Bila mengikuti petunjuk, cara menggunakannya pun mudah sekali dan dapat lbu lakukan sendiri.
Namun Ibu harus selalu ingat, bahwa daya kerja Obat Vagina mencegah kehamilan sangat pendek sekali, berbeda dengan cara-cara KB jangka panjang. Karena itu Ibu jangan lupa untuk menggunakan Obat Vagina kembali, setiap kali hendak berhubungan.
Alangkah baiknya bila disamping Ibu memakai Obat Vagina, Bapak juga memakai Kondom. Obat Vagina merupakan salah satu cara KB yang aman tidak menimbulkan akibat yang membahayakan. Selama menggunakan Obat Vagina, Ibu tetap dapat berhubungan dengan mesra, bergairah dan aman karena terlindung dari kehamilan. Obat Vagina tetap dapat dipergunakan meskipun sedang dalam masa menyusui, tanpa mengurangi susu Ibu.
Bila suatu saat Ibu merencanakan mempunyai anak lagi, hal mi bisa Ibu lakukan segera dengan tidak menggunakan Obat Vagina pada saat berhubungan. Praktis bukan?
3. Pil KB
Ada beberapa jenis Pil KB. Dokter/Bidan bisa memilihkannya untuk Ibu. Pil KB berisi hormon sebagaimana yang ada pada tubuh kita. Dikemas dalam strip, ada yang berisi 28 pil dan ada yang 21. Pil harus diminum setiap hari satu, pada waktu yang sama. Dimulai pada hari pertama haid atau seperti dinasihatkan Dokter/Bidan. Untuk yang benisi 21, ada masa istirahat 7 hari setelah 21 pil habis. Kemudian diteruskan kembali. Sebagian besar Ibu yang telah memakai Pil KB, tidak mengalarni permasalahan. Gejala yang mungkin dirasakan biasanya pusing-pusing, buah dada membesar dan ada yang nyeri bila disentuh, berat badan bisa naik hingga 2 kg. Tapi Ibu tidak perlu menjadi cemas, karena gejala tersebut bersifat sementara dan akan hilang dengan sendirinya setelah satu/dua bulan. Bila gejala menetap, datang dan periksakan pada Dokter/Bidan. Penggunaan Pil KB bisa diteruskan hingga usia diatas 40 tahun. Pil KB yang diminum setiap hari, sama sekali tidak mengganggu gairah seks atau kesuburan. Umumnya setelah tiga bulan berhenti minum pil. Ibu dapat hamil kembali. Pil KB merupakan salah satu cara ber-KB yang mudah dan aman. Rahasianya terletak pada ketekunan meminumnya setiap hari yang tentu saja bisa dibiasakan. Karena setiap jenis pil mempunyai reaksi yang berbeda terhadap tubuh Ibu. Jangan lupa tanyakan pada Dokter/Bidan Pil mana paling sesuai untuk Ibu.
4. Suntikan KB
Obat yang terkandung dalam Suntikan KB sebenarnya sarna dengan isi Pil Mini KB, yaitu sejenis hormon yang ada dalam tubuh kita. Bedanya, Suntikan KB cukup setiap 3 bulan sekali. Ada beberapa jenis Suntikan KB. Ada yang langsung disuntikkan setiap 3 bulan sekali, ada yang disuntikkan 2 bulan sekali selama 4 kali, baru tiga bulan sekali. Suntikan KB disuntikkan di bokong atau lengan oleh Dokter/Bidan terlatih. Ibu bisa segera bekerja setelah itu.
Umumnya Suntikan KB lidak menimbulkan permasalahan selama Ibu dalam kesehatan yang baik. Gejala yang mungkin Ibu rasakan hanyalah pusing-pusing, bercak pendarahan sedikit-sedikit di luar masa haid, selama 2-8 hari, haid berkurang atau tidak sama sekali. Gejala ini tak perlu dicemaskan, karena akan hilang dengan sendirinya. Bila gejala ini menetap, periksakan pada Dokter/Bidan.
Selama Ibu sehat, Suntikan KB bisa digunakan hingga usia di atas 40 tahun. Suntikan KB tidak menganggu kesuburan air-susu-Ibu, bahkan cocok untuk Ibu yang sedang menyusui. Suntikan KB tidak rnengganggu gairah seks, juga tidak mengganggu kesuburan. Beberapa bulan setelah berhenti, Ibu akan dapat hamil kembali. Periksakan kesehatan pada Dokter/Bidan sebelumnya dan jangan lupa tentukanlah bersama Dokter/Bidan jenis Suntikan mana yang cocok untuk Ibu.
5. Spiral/IUD
Spiral/lUD adalah alat pemasangan, untuk mencegah kehamilan pemeriksaan yang bentuknya kecil dan dipasang dengan keahlian tinggi oleh Dokter/Bidan ke dalam rahim Ibu. Hanya dalam beberapa menit pemasangan. menit. Kelebihannya. cara ini bisa bertahan amat lama. Ada jenis IUD terbuat dari plastik dan berbentuk spiral yang bisa dipakai selamanya tanpa diganti-ganti, selama Ibu tidak ada keluhan. Ada yang berbentuk hunif T, angka 7 dan Multiload, terbuat dari plastik lapis tembaga. Masa pakainya mulai 3 hingga 10 tahun.
Setelah Dokter/Bidan menentukan Ibu sehat untuk memakai alat ini, pemasangannya pun dilakukan dengan mudah, lbu bisa langsung pulang dan melakukan pekerjaan sehan-hari seperti biasa. Pemasangan dilakukan pada akhir haid atau beberapa hari setelah Ibu bersalin. Setelah itu Ibu akan menjalani pemeriksaan rutin. Biasanya pemeriksaan pertama seminggu setelah pemasangan, pemeriksaan kedua sebulan kenudian, pemeriksaan ketiga 4 bulan setelah pemasangan. Bila tak ada keluhan. pemenksaan benkutnya cukup setiap 6 bulan sekali. Spiral memang salah satu cara bet-KB yang amat praktis dan aman. Bila ada, umumnya gejala yang dirasakan hanyalah mules-mules, haid tidak teratur, perdarahan ringan dan perut bagian bawah terasa tegang. Tapi beberapa hari kemudian gejala ini akan hilang. Bila gejala ini menetap, periksakan pada Dokter/Bidan Spiral lidak mengganggu gairah seks, tidak mengurangi kesuburan air susu dan tidak mengganggu kesuburan. Setiap saat Ibu memutuskan untuk hamil kembali, mintalah Dokter/ Bidan melepas spiral Ibu, kesuburan Ibu akan kembali. Jangan lupa periksakan kesehatan Ibu dan tentukanlah bersama Dokter/Bidan Spiral/IUD mana yang cocok untuk Ibu.
6. Susuk KB
Susuk KB terdiri dan 6 kapsul kecil-kecil yang bensi hormon seperti yang ada dalam tubuh kita. Cara ini sangat efektif mencegah kehamilan selama 5 tahun. Susuk KB dipasang di dalam kulit lengan atas Ibu melalui operasi kecil. Caranya mudah sekali. Paling-paling hanya membutuhkan waktu lima sampai sepuluh menit. Bila suatu saat Ibu ingin mempunyai anak lagi, datanglah ke Dokter/Bidan yang melayani KB untuk mengeluarkannya. Setelah itu kesuburan Ibu akan kembali lagi.
7. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi Mantap yang disingkat menjadi Kontap, adalah cara terbaik yang tersedia untuk keluarga yang telah mantap memutuskan tidak beranak lagi. Keputusan ini biasanya diarnbil oleh keluarga yang berpandangan jauh kedepan. Keluarga yang telah siap mencurahkan perhatian hanya untuk rnernbesarkan anak rnereka sebaik mungkin. Cara ini tersedia baik untuk lbu maupun Bapak. Dan hanya perlu dilakukan pada Ibu atau Bapak saja.
Kontap tergolong operasi ñngan. Untuk Bapak dilakukan hanya dalarn waktu 15 menit dan untuk Ibu sedikit lebih lama. Setelah istirahat 1-2 jam, Bapak atau Ibu dapat segera pulang dan kembali bekerja seperti biasa. Setelah menjalani Kontap, Ibu dianjurkan tidak berhubungan selama 7 hari. Untuk bapak, setelah menjalani Kontap, dianjurkan menggunakan kondom selama 10 sampai 15 kali berhubungan. Hal ini untuk menunggu saluran mani Bapak dan saluran telur Ibu bersih dari sperma atau sel telur yang mungkin tersisa. Setelah tenggang waktu tersebut. Ibu dan Bapak boleh berhubungan lagi seperti biasa.
Kontap untuk Ibu disebut Tubektomi, dilakukan dengan cara memotong/menjepit saluran telur sehingga sel telur Ibu tidak dapat bertemu dengan sperma Bapak ketika berhubungan.
Untuk Bapak, Kontap ini disebut Vasektomi. dilakukan dengan cara memotong saluran mani, sehingga sperrna tidak keluar melalui saluran mani seperti biasa kelika berhubungan dan tidak bertemu dengan sel telur Ibu. Dengan demikian kehamilan dapat dicegah secara mantap.
Kamis, 13 September 2012
BIRO UANG KUNO
Barang siapa punya uang kuno 1 rupiah nyampek 100 rupiah tukarkan di tempat kami hubungi bapak SUNARDI telp 085226667787 dengan syarat di kirim dulu lalu baru di selesaikan pembayaranya......minimal lebih dari 100rb
Minggu, 10 Juni 2012
Pustakawan
Dewasa ini,
permintaan akan tenaga pustakawan begitu besar. Hal ini merupakan konsekuensi
logis dari perkembangan perpustakaan sekolah yang cukup menggembirakan. Setiap
sekolah yang memiliki perpustakaan kemudian berlomba untuk mendapatkan
pustakawan sekolah. Bahkan saat ini bisa dikatakan bahwa setiap satu
perpustakaan sekolah telah memiliki minimal satu orang pustakawan sekolah.
Meski demikian, optimalisasi keberadaan pustakawan sekolah masih sangat minim. Hal ini bisa dilihat pada kondisi dan keadaan para pustakawan sekolah yang masih dianggap sebagai tenaga administratif sekolah. Bahkan di lingkungan Sekolah Dasar, pustakawannya masih nyambi juga menjadi tenaga Tata Usaha. Dan hebatnya tunjangan kesejahteraan yang mereka dapat tidak lebih besar dari beban kerja yang diembannya.
Tidak hanya di lingkungan Sekolah Dasar, di tingkat SMA pun pustakawannya masih tidak dimaksimalkan potensinya. Pustakawan yang ada masih dianggap tidak lebih dari penjaga buku-buku di perpustakaan. Bayangkan saja ketika pustakawan harus repot-repot mengatur siswa atau pengunjung yang datang karena tidak mematuhi peraturan perpustakaan. waktu yang ada hanya habis sia-sia untuk beradu argumen dengan pengunjung. Sementara tugas utamanya sebagai manajer informasi terbengkalai. Anehnya pula di beberapa Sekolah Menengah Atas pustakawannya tidak jarang pula nyambi menjadi tenaga konsumsi untuk kegiatan ujian, pengatur tata letak meja dan kursi ujian, bahkan tidak jarang pula menjadi tenaga absensi saat lembur jam tambahan.
Inilah yang harus dibenahi oleh manajemen sekolah. Tentunya lewat kepala sekolahnya, yang harus mengetahui betul tugas dan peran pustakawan di lingkungan sekolah. Permasalahan pustakawan “nyambi” bukan pada suka atau tidak suka dengan kegiatan yang dilakoninya, akan tetapi pada tidak nyambungnya (mismatch) dengan kompetensi jika pustakawan malah mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan program kerjanya. Pustakawan lembur jangan dijadikan sebagai pengolah nilai, tenaga konsumsi, pengatur tata letak meja kursi, atau bahkan sebagai petugas piket dan absensi. Tetapi pustakawan seharusnya lembur karena mengerjakan tugas-tugas yang berkaiatan dengan profesinya. Seperti lembur untuk memperpanjang jam buka perpustakaan, lembur untuk mengerjakan tugas-tugas teknis dan administratif perpustakaan yang tidak bisa dilakukan pada saat jam sekolah, lembur untuk kegiatan inventarisasi dan atau entry data untuk koleksi dan atau lembur untuk meningkatkan layanan kepada siswa atau guru. Dengan demikian self skill pustakawan bisa digunakan sesuai dengan perannya diperpustakaan sekolah. Pihak sekolah harus lebih tanggap dengan keadaan tersebut. Bagaimana sebenarnya tugas dan peran pustakawan di sekolah yang tidak banyak diketahui oleh unsur sekolah.
Pertama memang pihak sekolah harus mengetahui tentang pustakawan sekolah. Sebelum melakukan perekrutan, seharusnya sekolah lewat kepala sekolah atau para petinggi sekolah, memahami peran penting pustakawan. Pustakawan sekolah bukanlah seorang guru, namun sebenarnya fungsinya tidak jauh beda dengan guru. Pustakawan sekolah mengajarkan siswa dan bahkan juga guru untuk memanfaatkan semua fasilitas dan koleksi perpustakaan. di mulai dari browsing informasi sampai kepada pemanfaatannya.
Dalam kegiatan belajar mengajar siswa, pustakawan bisa menjadi partner kolaborasi yang efektif bagi guru. Pustakawan dan guru bisa bekerja sama mencari format KBM dengan menggunakan media perpustakaan. Keduanya bisa merumuskan model kurikulum belajar yang relevan dengan minat dan bakat siswa. Dengan hal ini bisa menjadi alternatif pengganti model KBM dikelas yang monoton dan membosankan.
Salah satu contoh yang mudah dari kolaborasi ini adalah pada saat KBM di perpustakaan. Kegiatan ini bukan hanya sekedar menghadirkan siswa untuk memenuhi ruangan perpustakaan atau buku kunjung tetapi memanfaatkan apa yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar. Sehingga dalam hal ini pustakawanlah yang berwenang untuk menjelaskan bagaimana cara meanfaatkan segala potensi perpustakaan untuk kegiatan belajar mengejar mereka. Guru bisa memberikan materi untuk memanfaatkan sumber perpustakaan sebagai jawaban atas soal-aoal atau materi yang diajukan, sementara pustakawan bisa menjelaskan apa yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang diajukan guru dan bagaimana cara menemukan jawaban tersebut.
Pustakawan sekolah bekerja bersama guru guna pencapaian hal berikut: Pertama, mengembangkan, melatih dan mengevaluasi pembelajaran murid lintas kurikulum. Kedua, mengembangkan dan mengevaluasi keterampilan dan pengetahuan informasi murid. Ketiga, Mengembangkan rancangan pelajaran. Keempat, mempersiapkan dan melaksanakan pekerjaan proyek khusus di lingkungan pembelajaran yang lebih luas, termasuk di perpustakaan. Kelima, mempersiapkan dan melaksanakan program membaca dan kegiatan budaya. Keenam, mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam kurikulum.Menjelaskan kepada para orang tua murid mengenai pentingnya perpustakaan sekolah (disadur dari Radar Banten.com) http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=15040
Itu hanyalah salah satu wujud kolaborasi pustakawan dengan guru dalam KBM. Dan masih banyak hal-hal lain sebagai bentuk kolaborasi pustakawan dan guru untuk mewujudkan variasi KBM di sekolah. Pustakawan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan penyediaan informasi serta keahlian dalam menggunakan berbagai sumber, baik tercetak maupun elektronik. Pengetahuan, keterampilan dan keahlian pustakawan sekolah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekolah (http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=15040) sehingga dengan ketrampilan tersebut pustakawan bisa berkolaborasi dengan senior manajemen sekolah maupun dengan tenaga administrator lainnya.
Hal yang kedua yang patut dipahami oleh sekolah bahwa pustakawan sekolah itu berbeda dengan tenaga administrasi lain seperti Tata Usaha. Dalam jenjang jabatan kepegawaian, pustakawan adalah seorang tenaga fungsional. Sehingga kenaikan jabatan dan kesejahteraannya ditentukan oleh seberapa besar preastasi kerjanya, yang diukur dengan kredit point fungsional tersendiri dan bukan dari promosi.
Namun pada kenyataan di lapangan, pustakawan sekolah masih dimasukkan dalam struktur kepegawaian Tata Usaha Sekolah, sehingga karirnya tidak lebih “hanya” menjadi tenaga administrasi belaka. Padahal di era informasi seperti ini pustakawan dituntut untuk lebih aktif dan terbuka terhadap segala perubahan informasi. Sepuluh tahun tahun yang lalu mungkin tugas-tugas teknis (administratif) masih menjadi tugas utama (main job) pustakawan (masih berkutat pada klasifikasi dan katalogisasi). Namun di era ini pustakawan harus bisa berubah menjadi manajer informasi (information broker), yaitu bagaimana pustakawan sekolah bisa mengemas informasi menjadi menarik dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekolah sesuai dengan kebutuhannya. Meletakkan pustakawan sekolah pada posisinya adalah keputusan bijak pihak sekolah sekaligus sebagai apresiasi bagi peran dan fungsi pustakawan sekolah. Pustakawan sekolah adalah tenaga fungsional yang berbeda dengan tenaga administrasi lainnya.
Sudah saatnya pihak sekolah meletakkan pustakawan pada fungsi dan peran yang sesungguhnya. Memposisikan pustakawan sekolah pada jabatan ketata usahaan adalah sebuah kesalahan manajerial kepala sekolah dari ketidak tahuan akan tenaga pustakawan sekolah. Menyudutkannya dalam kegiatan administratif an sich adalah sebuah tindakan yang menghambat karir dari pustakawan sekolah. Peran yang sesungguhnya bagi pustakawan adalah memberikan sumbangan pada misi dan tujuan sekolah termasuk prosedur evaluasi dan mengembangkan serta melaksanakan misi dan tujuan perpustakaan sekolah. Dalam kerjasama dengan senior manajemen sekolah, administrator dan guru, maka pustakawan ikut dalam pengembangan rencana dan implementasi kurikulum. Sangatlah penting serta diupayakan agar pustakawan diterima setara dengan anggota tenaga profesional dan dapat berpartisipasi dalam kelompok kerja dan ikut serta dalam semua pertemuan dalam kedudukannya sebagai kepala unit atau bagian perpustakaan.
Jika pihak sekolah serius untuk membenahi perpustakaan demi mendukung tercapainya visi dan misi sekolah, maka urgensi kebutuhan pustakawan harus linier dengan penempatan peran dan posisi yang sesuai dengan kompetensinya. Dengan keputusan yang tepat yakinlah bahwa pustakawan sekolah bisa menjadi salah satu aset sekolah dalam kegiatan KBM. Dan suatu saat nanti kemajuan suatu sekolah akan ditentukan juga oleh perkembangan perpustakaan dan peran pustakawan sekolahnya.(**)
Meski demikian, optimalisasi keberadaan pustakawan sekolah masih sangat minim. Hal ini bisa dilihat pada kondisi dan keadaan para pustakawan sekolah yang masih dianggap sebagai tenaga administratif sekolah. Bahkan di lingkungan Sekolah Dasar, pustakawannya masih nyambi juga menjadi tenaga Tata Usaha. Dan hebatnya tunjangan kesejahteraan yang mereka dapat tidak lebih besar dari beban kerja yang diembannya.
Tidak hanya di lingkungan Sekolah Dasar, di tingkat SMA pun pustakawannya masih tidak dimaksimalkan potensinya. Pustakawan yang ada masih dianggap tidak lebih dari penjaga buku-buku di perpustakaan. Bayangkan saja ketika pustakawan harus repot-repot mengatur siswa atau pengunjung yang datang karena tidak mematuhi peraturan perpustakaan. waktu yang ada hanya habis sia-sia untuk beradu argumen dengan pengunjung. Sementara tugas utamanya sebagai manajer informasi terbengkalai. Anehnya pula di beberapa Sekolah Menengah Atas pustakawannya tidak jarang pula nyambi menjadi tenaga konsumsi untuk kegiatan ujian, pengatur tata letak meja dan kursi ujian, bahkan tidak jarang pula menjadi tenaga absensi saat lembur jam tambahan.
Inilah yang harus dibenahi oleh manajemen sekolah. Tentunya lewat kepala sekolahnya, yang harus mengetahui betul tugas dan peran pustakawan di lingkungan sekolah. Permasalahan pustakawan “nyambi” bukan pada suka atau tidak suka dengan kegiatan yang dilakoninya, akan tetapi pada tidak nyambungnya (mismatch) dengan kompetensi jika pustakawan malah mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan program kerjanya. Pustakawan lembur jangan dijadikan sebagai pengolah nilai, tenaga konsumsi, pengatur tata letak meja kursi, atau bahkan sebagai petugas piket dan absensi. Tetapi pustakawan seharusnya lembur karena mengerjakan tugas-tugas yang berkaiatan dengan profesinya. Seperti lembur untuk memperpanjang jam buka perpustakaan, lembur untuk mengerjakan tugas-tugas teknis dan administratif perpustakaan yang tidak bisa dilakukan pada saat jam sekolah, lembur untuk kegiatan inventarisasi dan atau entry data untuk koleksi dan atau lembur untuk meningkatkan layanan kepada siswa atau guru. Dengan demikian self skill pustakawan bisa digunakan sesuai dengan perannya diperpustakaan sekolah. Pihak sekolah harus lebih tanggap dengan keadaan tersebut. Bagaimana sebenarnya tugas dan peran pustakawan di sekolah yang tidak banyak diketahui oleh unsur sekolah.
Pertama memang pihak sekolah harus mengetahui tentang pustakawan sekolah. Sebelum melakukan perekrutan, seharusnya sekolah lewat kepala sekolah atau para petinggi sekolah, memahami peran penting pustakawan. Pustakawan sekolah bukanlah seorang guru, namun sebenarnya fungsinya tidak jauh beda dengan guru. Pustakawan sekolah mengajarkan siswa dan bahkan juga guru untuk memanfaatkan semua fasilitas dan koleksi perpustakaan. di mulai dari browsing informasi sampai kepada pemanfaatannya.
Dalam kegiatan belajar mengajar siswa, pustakawan bisa menjadi partner kolaborasi yang efektif bagi guru. Pustakawan dan guru bisa bekerja sama mencari format KBM dengan menggunakan media perpustakaan. Keduanya bisa merumuskan model kurikulum belajar yang relevan dengan minat dan bakat siswa. Dengan hal ini bisa menjadi alternatif pengganti model KBM dikelas yang monoton dan membosankan.
Salah satu contoh yang mudah dari kolaborasi ini adalah pada saat KBM di perpustakaan. Kegiatan ini bukan hanya sekedar menghadirkan siswa untuk memenuhi ruangan perpustakaan atau buku kunjung tetapi memanfaatkan apa yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar. Sehingga dalam hal ini pustakawanlah yang berwenang untuk menjelaskan bagaimana cara meanfaatkan segala potensi perpustakaan untuk kegiatan belajar mengejar mereka. Guru bisa memberikan materi untuk memanfaatkan sumber perpustakaan sebagai jawaban atas soal-aoal atau materi yang diajukan, sementara pustakawan bisa menjelaskan apa yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang diajukan guru dan bagaimana cara menemukan jawaban tersebut.
Pustakawan sekolah bekerja bersama guru guna pencapaian hal berikut: Pertama, mengembangkan, melatih dan mengevaluasi pembelajaran murid lintas kurikulum. Kedua, mengembangkan dan mengevaluasi keterampilan dan pengetahuan informasi murid. Ketiga, Mengembangkan rancangan pelajaran. Keempat, mempersiapkan dan melaksanakan pekerjaan proyek khusus di lingkungan pembelajaran yang lebih luas, termasuk di perpustakaan. Kelima, mempersiapkan dan melaksanakan program membaca dan kegiatan budaya. Keenam, mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam kurikulum.Menjelaskan kepada para orang tua murid mengenai pentingnya perpustakaan sekolah (disadur dari Radar Banten.com) http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=15040
Itu hanyalah salah satu wujud kolaborasi pustakawan dengan guru dalam KBM. Dan masih banyak hal-hal lain sebagai bentuk kolaborasi pustakawan dan guru untuk mewujudkan variasi KBM di sekolah. Pustakawan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan penyediaan informasi serta keahlian dalam menggunakan berbagai sumber, baik tercetak maupun elektronik. Pengetahuan, keterampilan dan keahlian pustakawan sekolah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekolah (http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=15040) sehingga dengan ketrampilan tersebut pustakawan bisa berkolaborasi dengan senior manajemen sekolah maupun dengan tenaga administrator lainnya.
Hal yang kedua yang patut dipahami oleh sekolah bahwa pustakawan sekolah itu berbeda dengan tenaga administrasi lain seperti Tata Usaha. Dalam jenjang jabatan kepegawaian, pustakawan adalah seorang tenaga fungsional. Sehingga kenaikan jabatan dan kesejahteraannya ditentukan oleh seberapa besar preastasi kerjanya, yang diukur dengan kredit point fungsional tersendiri dan bukan dari promosi.
Namun pada kenyataan di lapangan, pustakawan sekolah masih dimasukkan dalam struktur kepegawaian Tata Usaha Sekolah, sehingga karirnya tidak lebih “hanya” menjadi tenaga administrasi belaka. Padahal di era informasi seperti ini pustakawan dituntut untuk lebih aktif dan terbuka terhadap segala perubahan informasi. Sepuluh tahun tahun yang lalu mungkin tugas-tugas teknis (administratif) masih menjadi tugas utama (main job) pustakawan (masih berkutat pada klasifikasi dan katalogisasi). Namun di era ini pustakawan harus bisa berubah menjadi manajer informasi (information broker), yaitu bagaimana pustakawan sekolah bisa mengemas informasi menjadi menarik dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekolah sesuai dengan kebutuhannya. Meletakkan pustakawan sekolah pada posisinya adalah keputusan bijak pihak sekolah sekaligus sebagai apresiasi bagi peran dan fungsi pustakawan sekolah. Pustakawan sekolah adalah tenaga fungsional yang berbeda dengan tenaga administrasi lainnya.
Sudah saatnya pihak sekolah meletakkan pustakawan pada fungsi dan peran yang sesungguhnya. Memposisikan pustakawan sekolah pada jabatan ketata usahaan adalah sebuah kesalahan manajerial kepala sekolah dari ketidak tahuan akan tenaga pustakawan sekolah. Menyudutkannya dalam kegiatan administratif an sich adalah sebuah tindakan yang menghambat karir dari pustakawan sekolah. Peran yang sesungguhnya bagi pustakawan adalah memberikan sumbangan pada misi dan tujuan sekolah termasuk prosedur evaluasi dan mengembangkan serta melaksanakan misi dan tujuan perpustakaan sekolah. Dalam kerjasama dengan senior manajemen sekolah, administrator dan guru, maka pustakawan ikut dalam pengembangan rencana dan implementasi kurikulum. Sangatlah penting serta diupayakan agar pustakawan diterima setara dengan anggota tenaga profesional dan dapat berpartisipasi dalam kelompok kerja dan ikut serta dalam semua pertemuan dalam kedudukannya sebagai kepala unit atau bagian perpustakaan.
Jika pihak sekolah serius untuk membenahi perpustakaan demi mendukung tercapainya visi dan misi sekolah, maka urgensi kebutuhan pustakawan harus linier dengan penempatan peran dan posisi yang sesuai dengan kompetensinya. Dengan keputusan yang tepat yakinlah bahwa pustakawan sekolah bisa menjadi salah satu aset sekolah dalam kegiatan KBM. Dan suatu saat nanti kemajuan suatu sekolah akan ditentukan juga oleh perkembangan perpustakaan dan peran pustakawan sekolahnya.(**)
Diposkan
oleh pak dhe
enurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang
dimaksud dengan Perpustakaan adalah suatu tempat yang disediakan untuk
menyimpan dan memelihara koleksi buku, majalah dan bahan perpustakaan lain
untuk dibaca, dipelajari, dan dibicarakan. Perpustakaan sebagai lembaga
penyedia ilmu pengetahuan dan informasi mempunyai peranan yang signifikan
terhadap lembaga induk serta masyarakat penggunanya. Demikian halnya di dalam
lingkungan pendidikan seperti sekolah. Keberadaan perpestakaan sekolah di suatu
sekolah adalah sangat penting. Ibarat tubuh manusia, perpustakaan adalah organ
jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh. Bahkan karena sangat
pentingnya, pemerintah bahkan telah mencanangkan bulan September sebagai bulan
gemar membaca dan hari kunjung perpustakaan.
Perpustakaan sekolah harus dapat memainkan
perannya, khususnya dalam
membantu siswa untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan dasar keberhasilan fungsional dalam masyarakat masa kini yang berbasis pengetahuan dan informasi. Untuk tujuan tersebut, perpustakaan sekolah perlu merealisasikan misi dan kebijakannya dalam memajukan masyarakat sekolah dengan mempersiapkan tenaga pustakawan yang memadai, koleksi yang berkualitas serta serangkaian aktifitas layanan yang mendukung suasana pembelajaran yang menarik. Dengan memaksimalkan perannya, diharapkan perpustakaan sekolah bisa mencetak siswa untuk senantiasa terbiasa dengan aktifitas membaca, memahami pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya bermutu. Sehingga pada akhirnya prestasi pun relatif mudah untuk diraih, untuk membentuk generasi cerdas berkualitas.
membantu siswa untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan dasar keberhasilan fungsional dalam masyarakat masa kini yang berbasis pengetahuan dan informasi. Untuk tujuan tersebut, perpustakaan sekolah perlu merealisasikan misi dan kebijakannya dalam memajukan masyarakat sekolah dengan mempersiapkan tenaga pustakawan yang memadai, koleksi yang berkualitas serta serangkaian aktifitas layanan yang mendukung suasana pembelajaran yang menarik. Dengan memaksimalkan perannya, diharapkan perpustakaan sekolah bisa mencetak siswa untuk senantiasa terbiasa dengan aktifitas membaca, memahami pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya bermutu. Sehingga pada akhirnya prestasi pun relatif mudah untuk diraih, untuk membentuk generasi cerdas berkualitas.
A. Dukungan Terhadap
Misi Perpustakaan
Dalam membantu siswa untuk
menghasilkan karya yang bermutu, perpustakaan tidak bisa bekerja sendiri.
Dukungan Sekolah, terutama melalui kebijakan pimpinan (kepala sekolah) akan
memperlancar tugas/kebijakan yang akan dijalankan oleh pengelola perpustakaan
sekolah. Tugas perpustakaan dalam memajukan masyarakat sekolah melalui ilmu
pengetahuan dan informasi harus diwujudkan secara efektif dan efisien.
Masyarakat sekolah yang menjadi sasaran perpustakaan, mulai dari pihak
manajemen sekolah, guru, siswa, pihak orang tua, dan segenap warga sekolah yang
lain harus menjadi pintar dengan adanya perpustakaan sekolah.
Khususnya siswa, yang menjadi
obyek dari pada pembelajaran dan pengajaran, harus dikenalkan betapa pentingnya
manfaat dari perpustakaan sekolah. Masyarakat sekolah yang sadar dengan
kehadiran perpustakaan akan mewujudkan masyarakat yang gemar membaca/reading
society. Begitu ironis ketika kita mengamati hasil dari sebuah penelitian yang
menunjukkan dari 50 sekolah yang diteliti, ternyata 8 sekolah diantaranya tidak
mempunyai perpustakaan. Bagaimana siswa dapat menghasilkan karya dan mengukir
prestasi jika di sekolahnya tidak tersedia perpustakaan.
Memang, proses belajar siswa
tidak hanya dilakukan di sekolah. Istilah long life education harus tertanam
betul dan diaplikasikan dalam kehidupan siswa sehari-hari. Terutama menanamkan
akhlak/nilai-nilai yang baik pada siswa. Perpustakaan dapat mengajarkannya
tentang rasa tanggungjawab dalam meminjam dan menjaga koleksi dari
kerusakan/hilang, membiasakan aktifitas membaca dalam mengisi jam istirahat,
serta kebiasaan baik lain yang tercermin dalam tata tertib maupun peraturan
perpustakaan. Pihak sekolah berkewajiban mem-backup peraturan yang dikeluarkan
oleh perpustakaan. Diharapkan dengan penanaman akhlak/nilai-nilai yang baik
ini, siswa dapat lebih bertanggungjawab dalam kehidupan sosialnya, menjadi taat
pada orang tua dan bapak ibu guru, serta menjadi warga masyarakat yang
bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Kegemaran membaca yang sudah
terbudaya di kalangan siswa, harus diimbangi perpustakaan sekolah dengan
menyediakan koleksi yang bermutu dan bervariasi. Bukankah untuk menyediakan
koleksi tersebut dibutuhkan anggaran dari pihak sekolah yang tidak sedikit.
Bukankah idealnya 5 % anggaran sekolah diserahkan untuk pengembangan
perpustakaan.
Setiap mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah/digariskan dalam kurikulum harus di backup dengan baik
oleh perpustakaan. Siswa yang menerima pelajaran di kelas, harus terus
dimotivasi untuk terus belajar mengembangkan ilmunya melalui proses membaca di
perpustakaan. Misalnya dengan memberi tugas membaca di perpustakaan,
menceritakan kembali serta membuat laporan. Hasilnya siswa diharapkan bisa
menguasai sekaligus mengembangkan mata pelajaran yang diterimanya di kelas.
Pihak manajemen sekolah perlu
mendukung kebijakan untuk cinta kepada perpustakaan sekolah. Misalnya saja
memberi hadiah kepada siswa yang sering membaca di perpustakaan, serta
menghimbau kepada guru untuk memotivasi siswa dalam melengkapi informasi dan
pengetahuannya demi menunjang proses pendidikan serta daya serap terhadap mata
pelajaran. Siswa yang sudah mempunyai motivasi tinggi untuk belajar, tinggal
menunggu waktu saja agar dapat berkarya dan berprestasi.
B. Peran Pustakawan Dalam Layanan
Untuk mencapai tujuannya,
perpustakaan sekolah perlu dikelola oleh pustakawan dengan tanggungjawab dan
dedikasi yang tinggi terhadap layanan. Pustakawan sekolah harus mempunyai jiwa
sabar, serta dituntut untuk memahami apa arti pendidikan sesungguhnya.
Pustakawan sekolah juga harus bersifat proaktif dan suka menolong. Siswa yang
kurang paham bagaimana cara mengakses sebuah koleksi, misalnya saja cara menelusur
buku tertentu, maka Pustakawan sekolah harus telaten dalam
mengajarkan penelusurannya.
Selain membantu siswa dalam
mengakses koleksi, pustakawan sekolah harus menyediakan informasi
plus dan memberi solusi atas kesulitan siswa dalam belajar. Informasi tambahan
yang dibutuhkan siswa, baik itu ilmu
pengetahuan dan teknologi baru, atau pun informasi lain seperti lomba karya ilmiah remaja.
Informasi yang up to date serta teknologi baru akan menarik siswa
untuk berduyun-duyun memanfaatkan perpustakaan sebagi pusat sumber informasi
dan ilmu pengetahuan. Dengan informasi dan teknologi terbaru itulah, siswa bisa
lebih bisa berkiprah dalam meraih prestasi.
Tidak hanya menyediakan
informasi paling up to date saja, pustakawan juga harus menyiapkan
ruang belajar, ruang diskusi, serta ruang untuk penelitian. Dengan adanya
diskusi atau pun penelitian yang dilakukan siswa, berarti ada sinkronisasi
antara kegiatan belajar di kelas dengan kegiatan nyata di lingkungan masyarakat
sekitar. Atau siswa bisa mengembangkan bakat dan minatnya di perpustakaan itu.
Demi ketertiban dan kenyamanan
belajar di perpustakaan, pustakawan sekolah harus pandai-pandai membuat jadual
tentang pemakaian ruang diskusi, ruang penelitian, sehingga tidak terjadi
benturan antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Jadual tersebut dapat
diberitahukan kepada guru kelas atau pun guru bidang studi yang bersangkutan.
Dengan pengaturan jadual yang tertib, siswa dapat diajarkan bagaimana mengatur
waktu belajarnya dengan baik. Demikain pula saat siswa berada di rumah,
kebiasaan untuk bisa mengatur waktu belajar, akan membantu siswa, baik dalam
penguasaan pelajaran maupun dalam mengembangkan ilmunya di masyarakat.
Seorang Pustakawan harus pula
mengetahui dan sekaligus memahami teori pendidikan dan kaidah pembelajaran.
Inovasi dalam memberikan layanan untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan harus terus dikembangkan. Komunikasi positif, baik di kalangan
anak-anak (siswa sekolah dasar) maupun remaja (siswa sekolah menengah) harus
terus dibangun. Pustakawan sekolah harus ‘dekat’ dengan masyarakat penggunanya,
khususnya siswa. Bagaimana pustakawan sekolah bisa dipercaya sebagai tempat
‘curhat’, baik dalam kesulitan belajar atau pun dalam menambah informasi
tentang sumber pengetahuan yang belum diajarkan di kelas. Diharapkan segala
permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar selama di kelas atau di
luar kelas, bisa ditemukan jawabannya.
Pustakawan sekolah merupakan
jaminan tercapainya tujuan pendidikan. Karena lewat bimbingannya, masyarakat
sekolah, khususnya siswa akan melek informasi, menjadi terbiasa dengan
aktifitas membaca, dapat menghasilkan karya yang baik, serta memudahkan siswa
dalam berkreasi, meraih prestasi, sehingga terbentuk generasi cerdas
berkualitas baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
C. Mutu dan Variasi Koleksi Perpustakaan
Idealnya, setiap perpustakaan sekolah
mampu menyediakan minimal 2.500 judul buku.
Judul sebesar itu tidak termasuk koleksi lama yang telah dipunyai, akan tetapi
koleksi up to date yang sangat dibutuhkan masyarakat sekolah. Memang
terasa cukup berat. Dengan anggaran yang terbatas, perpustakaan sekolah
harus menyediakan koleksi up to date yang sedemikian besar jumlahnya.
Untuk tujuan baik, kita semua
harus berusaha semaksimal mungkin. Memang kalau ditanggung sendiri oleh perpustakaan akan terasa
berat dan imposible. Bukankah banyak alternatif cara pengadaan koleksi untuk
mencapai jumlah ideal di atas. Sebagai Contoh, Sekolah A dengan
keterbatasan dana hanya mampu membeli 1.000 judul buku yang up to date. 1.500
judul yang belum terpenuhi bisa disiasati dengan bekerjasama dengan perpustakaan daerah.
Kemudian koleksi tersebut setelah jangka waktu tertentu ditukar kembali.
Sehingga siswa merasa koleksi yang dibaca di perpustakaan selalu ada yang baru,
bacaan mereka terus berganti-ganti. Dengan cara itu, jumlah koleksi perpustakaan bisa melampaui target
minimal 2.500 judul buku, walau tidak harus dipunyai sendiri. Dengan bacaan up
to date yang terus berganti, siswa menjadi kaya akan wawasan, ilmu
pengetahuan, informasi, tidak gaptek serta menjadi siswa pintar yang mempunyai
segudang prestasi.
Untuk menambah koleksi yang
bermutu dan variatif, perpustakaan sekolah juga bisa menempuh langkah sebagai
berikut. Setiap siswa yang lulus sekolah, diwajibkan untuk menyumbangkan 1 buku
untuk dijadikan koleksi perpustakaan. Akan tetapi langkah ini perlu
disosialisasikan kepada seluruh siswa, guru, manajemen sekolah, bahkan wali
siswa, agar tidak terjadi salah pengertian di kemudian hari. Dengan koleksi
yang bermutu dan variatif, diharapkan akan menumbuhkan kegemaran membaca serta
dapat meningkatkan kemampuan berbahasa siswa.
Koleksi yang memadai merupakan
jaminan tercapainya tujuan pendidikan, khususnya di sekolah. Formasi untuk
koleksi di perpustakaan sekolah seyogyanya berisi 60 % mewakili buku non fiksi
penunjang kurikulum, sedangkan 40 % berupa novel, majalah, CD, game, video, dan
sebagainya. Sesekali perpustakaan sekolah, harus mencoba untuk mengadakan
penelitian ‘kecil-kecilan’ untuk lebih meningkatkan layanan kepada masyarakat
sekolah. Misalnya saja bekerjasama dengan guru dalam menyebarkan angket kepada
siswa, mengenai jenis-jenis bacaan yang disukai siswa. Hasil dari angket
tersebut bisa menjadi masukan perpustakaan sekolah khususnya, maupun pihak
manajemen dan guru.
Selain buku, minat membaca siswa
perlu difasilitasi misalnya dengan membuat majalah dinding untuk science, atau
pun karya sastra yang lainnya. Siswa bisa menggunting informasi yang bermanfaat
dari koran/majalah di rumah, untuk dibawa ke perpustakaan sekolah. Kemudian
untuk setiap hasil guntingan tersebut dikelompokkan menurut topiknya, untuk
kemudian ditempel dan dipajang sebagai hasil karya dari siswa. Dalam kurun
waktu tertentu, majalah dinding di perpustakaan sekolah ini harus terus
di-update. Hal ini akan memotivasi siswa, selain untuk gemar membaca, juga
gemar berkarya. Lewat karya di dinding ini pula, akan terjadi penyebaran
informasi yang bermanfaat bagi siswa-siswa lain yang membaca. Sehingga makin
banyak siswa yang pandai, cerdas dan semakin mudah pula mereka untuk
berprestasi.
Agar tidak gaptek serta tidak
ketinggalan informasi, koleksi perpustakaan juga perlu ditambah dengan akses
internet, bisa berupa jurnal
pendidikan atau pun informasi terkini lainnya. Pendidikan penelusuran
informasi/browsing di internet harus diajarkan sejak pertama kali siswa masuk
di sekolah, karena akan besar manfaatnya untuk membantu proses pendidikan yang
berlangsung. Setelah itu perlu dilakukan pembinaan terprogram dan monitoring
terhadap aktifitas siswa dalam ber-internet. Hanya informasi yang benar-benar
bermanfaat saja yang bisa dijadikan sumber ilmu
pengetahuan dan pelajaran siswa dalam kelas. Dengan internet, waktu
pencarian terhadap sebuah informasi relatif lebih cepat. Dan informasi dari
internet akan lebih up to date . Siswa juga dapat mengembangkan
pelajarannya dengan dibantu sumber dari internet. Dengan internet siswa akan
menjadi pelajar yang plus, prestasi pun sudah menanti di depan.
D. Peran Perpustakaan
Sebagai Mitra Siswa Dalam Belajar
Sebagai mitra siswa dalam
belajar, perpustakaan
sekolah dapat merencanakan user education agar siswa memahami
maksud dan tujuan layanan yang diberikan. Pustakawan sekolah harus kreatif
dalam mengemas layanan panduan siswa ini. Di sini siswa perlu dikenalkan
bagian-bagian yang ada di perpustakaan sekolah. Seperti bagian peminjaman,
penjajaran/shelving di rak koleksi, dan sebagainya. Di samping itu, perlu juga
diajarkan fungsi dari masing-masing koleksi yang ada di perpustakaan. Dengan
memahami maksud beberapa informasi yang ada di perpustakaan, siswa tidak akan
salah jalan ketika akan mencari informasi dan ilmu pengetahuan sebagai
pelengkap/tambahan dari mata pelajaran yang diterima di kelas.
Di kelas, pelajaran yang mereka
terima tentu dapat dikembangkan dengan menggunakan acuan/sumber informasi di
perpustakaan. Siswa bisa memperdalam ilmunya secara lebih detail. Proses
penyerapan dan penalaran pelajaran merupakan awal dari proses yang harus
dilalui siswa untuk menghasilkan karya yang bermutu. Siswa yang sering
memanfaatkan perpustakaan sekolah, akan terbiasa
dengan koleksi yang ada. Karena kelengkapan sumber informasi sangat menentukan dalam
membuat karya yang bermutu, maka semakin banyak sumber informasi yang dipakai,
makin baik pula suatu karya dapat dihasilkan. Siswa juga harus terus
untuk dilatih berdiskusi. Misalnya saja berdiskusi tentang terjadinya
gelombang pasang air laut yang disebabkan oleh gerhana bulan. Bertempat di
ruang diskusi perpustakaan
sekolah, dipandu oleh guru dan pustakawan sekolah, siswa dilatih untuk
mengungkapkan ide-ide ilmiahnya, mempertahankan pendapatnya, serta mencari
solusi/kesimpulan dari suatu permasalahan yang terjadi. Untuk bisa mendapatkan
ide ilmiah, siswa terlebih dahulu harus terbiasa dengan membaca
maupun browsing di internet, sehingga wawasan keilmuan siswa akan
lebih luas dan terfokus. Siswa yang kaya akan berbagai ide ilmiah, tidak akan
kesulitan dalam berkarya dan berprestasi.
Menjajal penelitian terhadap
masalah yang terjadi di sekitar, dihubungkan dengan dengan mata pelajarannya,
sangat mungkin dikerjakan oleh siswa. Dengan dibantu guru pembimbing penelitan
dan pustakawan sekolah, siswa akan lebih bersemangat dan termotivasi dalam
penelitian. Perpustakaan sekolah harus menyediakan semua informasi yang
dibutuhkan selama penelitian berlangsung, termasuk dalam pembuatan laporan
penelitian.
Selain memberikan layanan terfokus pada siswa, perpustakaan sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan layanannya, bekerjasama dengan pihak-pihak terkait, antara lain orang tua siswa, sekolah sejenis yang lebih baik, serta dengan perpustakaan umum/daerah.
Selain memberikan layanan terfokus pada siswa, perpustakaan sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan layanannya, bekerjasama dengan pihak-pihak terkait, antara lain orang tua siswa, sekolah sejenis yang lebih baik, serta dengan perpustakaan umum/daerah.
Orang tua siswa merupakan mitra
belajar siswa di rumah. Dalam program membaca sebagai aktifitas siswa di rumah,
perpustakaan sekolah dapat memotivasi orang tua agar menjadi teladan bagi
putra-putrinya. Selain itu, peran oarang tua juga bisa menjadi penyedia
anggaran untuk pembelian buku, memberi hadiah ulang tahun dengan buku
cerita/science terbitan terbaru, membudayakan membaca surat kabar/majalah di
rumah, serta mengajak anak-anak ke perpustakaan umum/daerah saat setiap libur
akhir pekan. Budaya membaca dan belajar yang dikembangkan orang tua akan
mendarah daging pada anak, sehingga secara otomatis, otak mereka selalu terasah
dengan ilmu dan pengetahuan. Siswa tidak akan mengalami kesulitan lagi dalam
penyerapan dan penalaran pelajaran jika otak mereka selalu terasah dan terbiasa
dengan ilmu pengetahuan. Bukankah siswa yang cerdas berkualitas akan selalu
mengasah pola fikirnya dengan ilmu pengetahuan?
Untuk menjadi lebih baik,
perpustakaan sekolah harus terus berbenah. Studi banding dengan sekolah yang
sejenis, tetapi sudah terlebih dulu memiliki prestasi, harus terus dilakukan.
Mereka bisa berbagi tentang cara belajar, cara menambah ilmu pengetahuan di
luar kelas, cara memanfaatkan perpustakaan beserta koleksinya, dan sebagainya.
Tujuannya agar rahasia sekolah unggulan dapat diterapkan, dan siswa yang belum
berprestasi dapat berbagi pengalaman dengan siswa sekolah ungulan yang telah
berprestasi.
Dengan perpustakaan umum/daerah,
perpustakaan sekolah juga bisa bekerjasama dalam upaya memperbaiki dan
meningkatkan layanannya kepada siswa, khususnya bagi siswa kelompok usia anak
dan remaja. Kerjasama dapat dilakukan misalnya dengan melakukan study visit ke
perpustakaan umum/daerah untuk mengetahui koleksi apa saja yang sesuai untuk
siswa pada usia anak-anak atau remaja, serta layanan apa saja yang telah
dihadirkan di sana. Sehingga sepulang dari perpustakaan umum/daerah, siswa akan
memiliki wawasan tentang semua hal yang berkait dengan perpustakaan dan jasa
layanannya. Sedangkan bagi perpustakaan sekolah, bisa berbenah ke dalam. Siswa
yang senang dan sering memanfaatkan perpustakaan sebagai penyedia jasa
informasi dan ilmu pengetahuan, akan terbantu dalam mewujudkan prestasi dan
cita-citanya.
Penutup
Perpustakaan sebagai jantung
suatu lembaga pendidikan memiliki kekuatan dan kemampuan yang langsung
mempengaruhi hasil pendidikan serta menentukan masa depan pendidikan itu
sendiri. Misi perpustakaan sekolah perlu didukung kepala sekolah dengan
menyediakan fasilitas dan anggaran sebesar 5 %, mem-backup tata tertib, serta
memotivasi siswa untuk cinta terhadap perpustakaan. Untuk mengelola
perpustakaan sekolah dengan baik, dibutuhkan pustakawan dengan dedikasi yang
tinggi terhadap layanan, dekat dengan pengguna perpustakaan, proaktif, serta
memahami tentang teori pendidikan dan kaidah pembelajaran. Sinergi yang baik
antara siswa dan pustakawannya, akan berbuah prestasi bagi siswa serta kinerja
yang baik bagi pustakawan.
Kekuatan perpustakaan juga
terletak pada mutu dan variasi koleksinya. Idealnya, perpustakaan sekolah harus
menyediakan 2.500 judul buku yang uptodate, yang terdiri dari 60 % buku non
fiksi penunjang kurikulum dan 40 % koleksi berupa novel, majalah, CD, game, video,
dan sebagainya . Atau bisa juga menggunakan rasio setiap siswa akan mendapatkan
jatah 10 judul buku. Selain buku, koleksi perpustakaan juga perlu dilengkapi
dengan kliping atau pun download dari internet. Perpustakaan sekolah dengan
berbagai aktifitas layanannya harus menjadi mitra siswa dalam belajar.
Dengan bacaan uptodate yang terus berganti, siswa menjadi kaya akan
wawasan, ilmu pengetahuan, informasi, tidak gaptek serta menjadi siswa pintar
yang mempunyai segudang prestasi. Sehingga generasi cerdas berkualitas yang
diharapkan akan muncul dari sini.
DAFTAR PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)